Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang

Organisasi Mahasiswa Nasionalis Berbasis Marhaenisme

Wadah perjuangan mahasiswa nasionalis, berpijak pada Marhaenisme untuk Indonesia yang berkeadilan.

Bergabunglah dalam barisan mahasiswa progresif yang memperjuangkan keadilan sosial dan kedaulatan rakyat. Telusuri struktur dewan pimpinan yang terus bergerak dan berpihak pada rakyat.

Di tengah semangat pasca-kemerdekaan dan dinamika politik nasional yang sedang mencari bentuknya, muncul kebutuhan mendesak akan sebuah gerakan mahasiswa yang tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga berpihak secara ideologis kepada rakyat. Dari keresahan dan harapan itulah, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir.

Awalnya, terdapat tiga organisasi mahasiswa yang memiliki semangat perjuangan serupa dan berpijak pada ajaran Marhaenisme, ideologi kerakyatan yang digagas oleh Ir. Soekarno. Ketiga organisasi itu adalah:

Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI)
– Gerakan Mahasiswa Merdeka (Surabaya)
– Gerakan Mahasiswa Marhaenis (Yogyakarta)

Pada bulan September 1953, pimpinan GMDI mengusulkan gagasan penting: menyatukan ketiganya dalam satu wadah perjuangan bersama. Gagasan ini disambut antusias dan ditindaklanjuti melalui serangkaian pertemuan intens antara ketiga pihak.

Puncaknya, sebuah rapat akbar digelar di kediaman Walikota Jakarta di Jalan Taman Suropati. Dalam rapat bersejarah itu, disepakati empat hal utama:
1. Ketiga organisasi melebur menjadi satu kesatuan.
2. Organisasi baru diberi nama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
3. Ideologi dasar organisasi adalah Marhaenisme, sebagai ajaran revolusioner Bung Karno.
4. Kongres pertama akan dilangsungkan di Surabaya.

Dengan dukungan langsung dari Presiden Soekarno, Kongres I GMNI sukses diselenggarakan pada 23 Maret 1954 di Surabaya. Hari itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalis GMNI—penanda lahirnya organisasi mahasiswa nasionalis yang sejak awal berdiri berpihak pada kaum Marhaen, rakyat tertindas, dan cita-cita sosialisme Indonesia.

GMNI tidak lahir sebagai organisasi biasa. Ia lahir dari semangat penggabungan gagasan dan tindakan mahasiswa progresif, dengan tekad kuat untuk membangun barisan kader ideologis yang setia pada nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.

Dari tahun ke tahun, GMNI terus menegaskan jati dirinya sebagai poros pembentukan kader bangsa, menjadikan Pancasila 1 Juni 1945, UUD 1945, dan Marhaenisme sebagai dasar perjuangan, dan menjaga warisan pemikiran Bung Karno sebagai nyawa gerakan.

Hingga hari ini, semangat 23 Maret 1954 terus menyala dalam barisan GMNI. Menyatukan pemikir dan pejuang. Mendidik, membentuk, dan menggerakkan mahasiswa untuk berdiri di atas kaki sendiri dan berpihak kepada rakyat.